Kegiatan

Reef Check Discovery And Ecodiver 2017

Luas perairan terumbu karang di Indonesia diperkirakan sekitar 75.000 km 2, dimana sekitar 40.000 km 2 (52%) terdapat di perairan Indonesia Bagian Timur. Namum demikian berdasarkan hasil pemantauan yang dilaporkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 1999 menyebutkan bahwa kondisi terumbu karang di Indonesia  hanya 7 % dalam kondisi yang sangat baik, 33 % dalam kondisi baik , 46 % dalam kondisi rusak dan 15 % dalam kondisi kritis. Selanjutnya Thohari dan Alikodra 2005 melaporkan bahwa di Indonesia Timur kondisi terumbu karang hanya 9,8% sangat baik, 35,29% dalam kondisi baik, 25,49% kondisi cukup baik dan 29,92% dalam kondisi kurang baik. Laporan dari Bulletin COREMAP tahun 2007 menunjukkan 43% terumbu karang dalam kondisi berat, 28,8% dalam kondisi rusak, 22% dalam kondisi baik dan 6,2 % dalam kondisi yang sangat baik. Data-data tersebut sangat merupakan warning bagi kita semua dalam menyelamatkan sumberdaya hayati laut.

Terumbu karang (coral reefs) merupakan salah satu ekosistem utama pesisir dan laut   yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan algae berkapur. Ekosistem ini terdiri atas beragam biota asosiatif dan keindahan yang mempesona, memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Selain berperan sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus kuat, terumbu karang juga mempunyai nilai ekologis sebagai habitat, tempat mencari makanan, tempat asuhan dan tumbuh besar, serta tempat pemijahan bagi berbagai biota laut.

Pengelolaan terumbu karang di Indonesia selama ini mengalami permasalahan karena kurangnya data. Berdasarkan Kepmen Lingkungan Hidup No 4 Tahun 2001 dijelaskan bahwa pemerintah wajib melakukan inventarisasi terumbu karang sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sekali.  Akan tetapi data terumbu karang yang diambil selama ini cenderung hanya terfokus pada satu wilayah atau jika misalnya ada survei yang lengkap cenderung tidak memiliki data yang berkelanjutan. Data yang lengkap dan berkelanjutan sangat dibutuhkan untuk mengetahui kecenderungan yang terjadi pada ekosistem ini sehingga dapat dirumuskan satu bentuk pengelolaan yang terbaik untuk menjaga kelestariannya.

Melihat begitu pentingnya melestarikan terumbu karang serta melakukan survey ikan, makrozoobenthos dan organisme laut lainnya maka Fisheries Diving Club Universitas Hasanuddin (FDC UNHAS) Mengadakan kegiatan ReefCheck Discovery and Ecodiver yang  bertujuan untuk memantauan kondisi ekosistem terumbu karang yang ada di Kepulauan Spermonde dan secara khusus yang ada di perairan Pulau Badi’ dan Pulau Sanane.

Kepulauan spermonde itu sendiri merupakan gugusan pulau yang terletak di Sulawesi selatan.  Spermonde adalah istilah dari bahasa belanda yang diberikan kepada gugusan pulau-pulau yang membentang dari barat daya pulau Sulawesi mulai dari takalar di bagian selatan hingga ke Pare-Pare bagian utara.

Reefcheck yang berbasis pada pendidikan, penelitian dan konservasi terumbu karang menjadi satu solusi praktis untuk diterapkan di Indonesia. Metode ini diperkenalkan di dunia sejak tahun 1997 oleh Gregor Hodgson, dan masuk ke Indonesia pertama kali di TN Karimunjawa pada tahun yang sama. Sejak saat itu, Reefcheck telah menunjukkan perkembangan meningkat, baik dalam jumlah sukarelawan, organisasi yang terlibat, jumlah propinsi, maupun site tempat pengambilan data.

Dengan hadirnya Reefcheck sebagai salah satu alternatif yang tepat untuk dikembangkan dalam upaya pemantauan terumbu karang, dengan melibatkan  berbagai kalangan seperti : Mahasiswa, masyarakat, instansi pemerintahan serta stake holder terkait.  Sehingga diharapkan dengan adanya kerjasama antara semua pihak yang terlibat kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan bisa berjalan secara efektif sesuai dengan apa yang diharapkan  dan dapat diaplikasikan sehingga mampu memberikan gambaran umum mengenai kondisi terumbu karang di dalam suatu kawasan secara berkala dan berkelanjutan.

Begitupun dengan Ecodiver itu sendiri yang merupakan rangkaian kegiatan dari ReefCheck yang berupa sertifikasi bagi penyelam dengan 3 spesialisasi yaitu surveyor terumbu karang, ikan dan makroozobentos. Hasil dari Ecodiver yaitu peserta nantinya akan memiliki sertifikat Ecodiver di tiga bidang tersebut sesuai hasil ujian tes tertulis dan simulasi di lapangan yang diberikan oleh instruktur.

Kegiatan ReefCheck Discovery and Ecodiver di ikuti oleh 7 peserta yang berasal dari UKSA 387 Universitas Diponegoro, Divisi Cinta Laut Himpunan Biologi Universitas Padjajaran, Dosen Politeknik Negeri Kelautan dan Perikanan Bone dan Fdc Unhas. Kegiatan ini dimulai pada tanggal 22-26 November 2017 dengan penjemputan peserta dari UKSA 387 Universitas Diponegoro, Divisi Cinta Laut Himpunan Biologi Universitas Padjajaran dan Dosen Politeknik Negeri Kelautan dan Perikanan Bone.

Pada tanggal 22 November 2017 dilakukan Talkshow “Optimalisasi Wisata Bahari sebagai Alternatif Peningkatan Ekonomi Masyarakat Pesisir” yang bertempat di Ruang Sidang Fakultas Ilmu kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar.

Talkshow “Optimalisasi Wisata Bahari sebagai Alternatif Peningkatan Ekonomi Masyarakat Pesisir”

Maksud dari tema Talkshow itu sendiri yaitu sebagai salah satu upaya dan tanggung jawab dalam menunjang kegiatan-kegiatan ilmiah untuk memberikan kontribusi bagi pengelolaan ekosistem laut dan pesisir serta berpartisipasi dalam menunjang tujuan Pendidikan Nasional Indonesia yang berorientasi pada lingkungan bahari laut.

Foto bersama peserta dan pemateri Talkshow

Pada tanggal 23 November 2017 seluruh tim, peserta dan panitia pelaksana berangkat dari kampus menuju dermaga penyebrangan Kayu Bangkoa kemudian menyeberang ke Pulau Barrang Lompo yang merupakan Basecam menggunakan kapal penumpang yang menempuh waktu perjalanan sekitar 1 jam untuk melakukan kegiatan ReeCheck Discovery and Ecodiver.

Simulasi darat peserta Reefcheck

Basecamp peserta Reefcheck di Pulau Barang Lompo

Kegiatan yang dilakukan di Hari Ke-1 yaitu simulasi darat dan dilanjutkan pada malam harinya dengan melakukan materi kelas kemudian Hari Ke-2 seluruh peserta berangkat ke Pulau Badi untuk melakukan simulasi laut pada kedalaman 6 meter

Perjalanan peserta menuju titik pengambilan data Reefcheck di Pulau Badi

kemudian setelah itu dilanjutkan dengan monitoring di titik pertama di dua kedalaman yaitu 5 meter dan 11 meter dan dilanjutkan di Pulau Sanane di Hari Ke-3 dengan kedalaman yang sama.

pengambilan data oleh salah satu peserta

Kegiatan yang dilakukan pada malam hari yaitu ujian tulis untuk memberikan nilai kepada seluruh peserta ReefCheck Discovery and Ecodiver dan menentukan lulus tidaknya peserta setelah itu peserta di arahkan untuk sama-sama melakukan night dive yang merupakan kegiatan penutup ReefCheck Discovery and Ecodiver 2017 Fdc Unhas sebelum pulang ke makassar keesokan harinya.

Sampai jumpa di kegiatan ReefCheck Discovery and Ecodiver Fdc Unhas 2018 yah buddies

Waspada Dira Anuraga

011.XV.AB.150