Menurut (Sadewantoro et al., 1999) Penyelaman adalah kegiatan yang dilakukan manusia di lingkungan hiperbarik atau lingkungan yang memiliki tekanan tinggi. Penyelaman dilakukan pada tekanan lebih dari 1 atmosfer absolut baik di dalam air maupun di ruang udara kering bertekanan tinggi (Rijadi, 2009). Menurut alat yang dipakai, penyelam dibagi menjadi 5 jenis yaitu penyelam tahan nafas (penyelam tradisional), penyelaman scuba (scuba diving), penyelaman dengan suplai udara permukaan (surface supplied diving), penyelaman dengan kapal selam (submarine diving) dan penyelaman kering di dalam ruang udara bertekanan tinggi (recompression chamber).
(Pelatihan Try Scuba anggota FDC UNHAS di Pulau Bontosua,Pangkep)
Pada dunia penyelaman durasi selam sangatlah penting karena durasi selam adalah lama penyelaman yang dihitung sejak penyelam berenang turun ke bawah, selama di dasar air hingga penyelam mulai berenang naik mencapai permukaan (Rijadi, 2009). Durasi selam dapat mempengaruhi stres kerja pada penyelam karena penyelam dengan durasi selam lebih lama membutuhkan teknik dan peralatan yang berbeda. Durasi selam yang lebih lama dan dengan kedalaman yang lebih besar akan rentan menyebabkan gangguan kesehatan pada penyelam seperti dekompresi, tinnitus, hipotermia, dan keracunan oksigen. Berikut penjelasan mengenai penyakit yang sering dialami saat menyelam :
1. Dekompresi
Dekompresi merupakan penyakit penyelaman yang disebakan oleh perubahan tekanan, yang terjadi terlalu cepat. Penyakit ini akan muncul jika proses kembali kepermukaan tidak dilakukan secara bertahap, atau tanpa menerapkan Sfety Stop (Berhenti beberapa menit dikedalaman tertentu) sesuai aturan dasar keselamatan menyelam.
Gejala Penyakit Dekompresi
– Nyeri sendi
– Pusing
– Lemas
– Sesak Napas
– Ruam
– Kesemutan dan mati rasa
Cara Mencegah Penyakit Dekompresi
– Konsumtasikan dengan instruktur mengenai batasan kedalaman dan durasi menyelam atau dengan menggunakan dive computer.
– Menerapkan safety stop atau berhenti beberapa menit di kedalaman tertentu (umumnya 4-5 meter), sebelum kembali ke permukaan.
– Hindari melakukan penerbangan atau perjalanan ketempat tinggi, setidaknya 24 jam setelah menyelam.
– Hindari mengonsumsi alcohol sebelum dan setelah menyelam.
– Dianjurkan untuk tidak melakukan penyelaman selama 2 minggu, bagi seseorang yang baru pulih dari penyakit dekompresi.
2. Telinga Berdenging (Tinnitus)
Tinnitus merupakan kondisi telinga berdenging konstan yang disebabkan pada saat penyelam turun ke kedalaman lautan, tekanan air dari luar akan meremas udara diliang telinga yang menimbulkan rasa sakit ditelinga dan kepala.
Cara mencegah tinnitus yaitu:
– Mencubit lubang hidung sambil meniup hidung secara bersamaan.
– Menelan ludah
– Menggerakkan rahang
3. Hipotermia
Hipotermia merupakan kondisi suhu tubuh yang menurun drastis. Pada penyelam biasanya ditandai dengan tubuh merasa menggigil. Jika hal tersebut terjadi maka penyelam harus menghentikan penyelaman sebelum kondisinya semakin memburuk. Cara untuk mencegah hipotermia yaitu dengan menggunakan peralatan yang tepat serta menggunakan baju selam yang tepat, tebal dan berkualitas.
4. Keracunan Oksigen
Keracunan oksigen biasanya terjadi bagi penyelam dengan kedalaman lebih dari 41 meter. Hal ini terjadi karena tubuh menyerap oksigen tambahan akibat tekanan bawah air. Efek dari keracunan oksigen yaitu mual, hilang kesadaran, kejang dan pandangan terfokus seperti dalam terowongan.
Pada saat terkena salah satu dari beberapa penyakit diatas perlu dilakukan pertolongan pertama. Pertolongan pertama adalah pertolongan yang diberikan segera pada korban yang bertujuan agar kondisi korban tidak bertambah buruk, sebelum mendapatkan tindakan dari tenaga medis. Sedangkan gawat darurat merupakan suatu keadaan yang menimpa seseorang yang dapat mengancam jiwa, dan membutuhkan pertolongan yang tepat, cermat dan cepat, jika tidak maka seseorang tersebut dapat mengalami kematian atau menderita cacat.
Pertolongan pertama dapat dilakukan dengan oksigenisasi dan rekompresi. Tujuan rekompresi adalah memperkecil gelembung-gelembung gas. Tujuan oksigenisasi adalah : memperbaiki hipoksia jaringan dan mengurangi tekanan nitrogen yang terlarut dalam darah dan jaringan. Setelah diagnosis ditegakkan pengobatan harus dilaksanakan secepatnya, paling lambat 6 jam pertama (Kemenkes, 2012) (Sukmajaya and Wijayanti, 2010). The Diver Alert Network di USA memberi batas waktu 24 jam untuk penanganan kecelakaan-kecelakaan penyelam. Namun dari beberapa penelitian menyimpulkan bahwa lebih cepat diobati hasilnya akan lebih baik. Untuk menghindari keterlambatan dalam penanganan penderita maka pengobatan dapat dimulai dari tempat kejadian. Rekompresi di tempat kejadian yaitu dengan menurunkan kembali penderita melalui tali ke air dan memakai oksigen sampai kedalaman 9 meter. Bersama pendamping memakai full face mask dan bernafas dengan oksigen 100% selama 30 menit untuk kasus ringan dan 60 menit untuk kasus berat. Jika dalam perjalanan kepermukaan timbul gejala maka berhenti selama 30 menit. Setelah tiba dipermukaan penderita harus menghirup oksigen l00% dan udara selama 90 menit, jika gagal maka penderita harus diangkut ke fasilitas ruang udara bertekanan tinggi (RUBT/chamber).
(Streaching sebelum melakukan penyelaman)
Kemudian untuk menghindari beberapa penyakit penyelaman diatas, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menjaga keselamatan, yaitu :
1. Streaching
2. kondisi tubuh dalam keadaan sehat
3. Menggunakan peralatan selam sesuai standar
4. Didampingi penyelam berpengalaman
5. Mengetahui medan penyelaman
Tetap perhatikan kesehatan yah selama melakukan penyelaman..
Penulis : Nuriah Wulandari (011.XIX.AB.195)
Sumber :
Irkhanmi,F.L. 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada Penyelam Di Pt. X. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 1
Sadewantoro,. Guritno. S. dr.SMHS.MS, Kolonel Laut (K), Lukman. D, dr. Kapten Laut (K), Totot M., dr. Kapten Laut (K), Padma. S.A, dr. Kapten Laut (K), Lila I., dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. Jakarta: Lembaga Kesehatan Kelautan (LAKESLA).
Rijadi, R. 2009. Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. Jakarta: Lembaga Kesehatan Kelautan TNI AL
Wijaya. 2018. Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit Dekompresi Pada Nelayan Penyelam Di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2011-2017. Universitas Hasanuddin Makassar
hellosehat.com
Alodokter.com