Reef Check Ecodiver

FDC UNHAS & JKRI: Pelatihan Reef Check dan Ecodiver

Reef Check adalah suatu metode pemantauan terumbu karang telah dilaksanakan selama satu dekade di Indonesia. Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam pemantauan terumbu karang, terdiri dari metode mantataw, metode PIT (Point Intersec Transec) dan metode LIT (Line Intersec Transec).

Reef Check yang berbasis pada pendidikan, penelitian dan konservasi terumbu karang menjadi satu solusi praktis untuk diterapkan di Indonesia. Metode ini diperkenalkan di dunia sejak tahun 1997 oleh Gregor Hodgson, dan masuk ke Indonesia pertama kali di TN Karimunjawa pada tahun yang sama. Sejak saat itu, Reef Check telah menunjukkan perkembangan meningkat, baik dalam jumlah sukarelawan, organisasi yang terlibat, jumlah propinsi, maupun site tempat pengambilan data. Tahun 2001 menjadi tahun berdirinya Jaringan Kerja Reef Check Indonesia (JKRI), yang menghubungkan komunikasi antar pelaksana survai Reef Check di satu daerah dengan daerah lainnya. Selain itu, JKRI menjadi satu forum yang memberikan kontribusi tidak sedikit bagi aktivitas penyadartahuan, pemantauan dan pengelolaan terumbu karang di Indonesia sejak tahun itu (Habibie dkk,2007).

FDC UNHAS untuk pertama kalinya melakukan kerjasama dengan JKRI untuk melakukan pelatihan Reef Check dan Ecodiver. Kegiatan Reef Check ini dibuka oleh Wakil Dekan 3 Fakultas  Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin pada tanggal 24 November 2015 dan dilanjutkan dengan Seminar Nasional. Pelatihan ini dilaksanakan di Pulau Badi dan Pulau Sanane (Pangkep) selama 4 hari, mulai dari tanggal 25 sampai dengan 28 November 2015.

Pembukaan Kegiatan Reef Check dan Ecodiver serta Seminar Nasional

Pembukaan Kegiatan Reef Check dan Ecodiver dan Seminar Nasional

Pelatihan Reef Check dan Ecodiver diadakan dengan tujuan untuk membuat data base pendataan karang yang ada di Pulau Badi dan Pulau Sanane, Pangkajene Kepulauan (Pangkep). Pulau Badi dan Pulau Sanane dijadikan sebagai lokasi Pelatihan Reef Check dan Ecodiver karena merupakan kawasan konservasi dan data ekosistem terumbu karang belum ada di data base JKRI.

Pelatihan tersebut diikuti oleh  18 orang peserta terdiri dari DKP Morewali, DISHUB Palu, UKSA-387 UNDIP, KORPALA UNHAS, HIMBIO UNHAS, dan FDC UNHAS, serta 1 Trainer (Muh. Iqbal Herwata) dari JKRI dan 1 asisten Trainer (Mudatsir Zainuddin). Para peserta mendapatkan 3 materi yaitu mengenai substrat, ikan, dan invertebrata.

Survei Reef Check dilaksanakan pada 2 kedalaman, dangkal (kedalaman 3 – 6 m) dan tengah terumbu (kedalaman lebih dari 6 – 12 m) dengan memperhitungkan pasang surut air laut. Pada setiap kedalaman, 4 segmen sepanjang masing-masing 20 m akan diletakkan dan disurvai sebagai 1 transek. Semua segmen tersebut harus mengikuti kontur kedalaman dan titik bagian awal dan akhir segmen harus dipisahkan oleh celah sebesar minimal 5 m, hal ini untuk tujuan analisa statistik dan dimaksudkan agar setiap sampel dapat berdiri sendiri. Jarak antara bagian awal dan akhir segmen adalah 20 + 5 + 20 + 5 + 20 + 5 + 20 = 95 m.

Ada 4 jenis data yang diambil dan dicatat pada lembar data Reef Check, dengan tiga jenis survai yang dilakukan pada pita transek yang sama.

  1. Deskripsi Lokasi

Dongeng, pengamatan, sejarah, dan data lainnya harus dicatat pada Lembar Deskripsi Lokasi (Site Description Sheet). Data ini sangat penting ketika menginterpretasikan hubungan antar data. “Petunjuk Lapangan dan Deskripsi Lokasi” (Site Description Definitions and Field Guide) berisikan daftar kriteria tertentu yang perlu diperhatikan untuk dapat mengisi Lembar Deskripsi Lokasi dengan benar.

  1. Transek Jalur Ikan

Dengan lebar 5 m (berpusat di pita transek) segmen sepanjang 20 m digunakan untuk mensurvai spesies ikan yang menjadi sasaran nelayan, koleksi akuarium, dan lain-lain. Ini merupakan survai pertama yang harus dilakukan dengan spesies target survai sejumlah 9 jenis.

  1. Transek Jalur Avertebrata

Sama seperti transek ikan, segmen sepanjang 20 m dengan lebar 5 m digunakan untuk melakukan survai avertebrata yang menjadi sasaran untuk dimakan atau sebagai koleksi akuarium.

  1. Transek Garis Substrat Dasar

Dengan menggunakan pita transek yang sama dengan transek ikan dan avertebrata setiap interval 0,5 m dicatat tipe substrat dasar terumbu karang.

Hasil dari kegiatan Reef Check Discovery dan Ecodiver adalah para peserta mampu mengidentifikasi dan mampu melakukan pematauan ekosistem terumbu karang. Antusiasme peserta dapat dilihat pada saat melakukan evaluasi dan pengambilan data.

Simulasi Pengambilan Data Sebelum Menyelam

Simulasi Pengambilan Data Sebelum Menyelam

latihan-pengambilan-data

Latihan Pengambilan Data

Berdasarkan data yang peroleh keadaan karang di kedua pulau dapat dikatakan cukup baik dan kerapatannya padat. Reef Check Discovery dan Ecodiver akan menjadi kegiatan rutin setiap tahun yang dilakukan oleh FDC UNHAS.