Artikel

Derita Hiu, Sang Predator Laut.

Lautan atau wilayah perairan di bumi ini, melebihi setengah luas bumi itu sendiri, di bandingkan dengan daratan. Dengan wilayahnya yang luas itulah menyimpan banyak kehidupan bagi makhluk laut. Keberadaan makhluk hidup yang tinggal di dalam laut ini sebagian ada yang menjadi kebutuhan bagi manusia, namun ada juga yang menjadi predator atau pembunuh bagi manusia.

Tidak banyak hewan laut yang lebih menakutkan dari pada ikan hiu. Melihat bagaimana ukurannya yang besar serta bentuk taringnya yang membuat seseorang yang melihat nya akan merasa takut. Di seluruh dunia, telah tercatat berbagai peristiwa penyerangan hiu terhadap manusia yang harus di waspadai. Namun, saat ini ikan hiu menjadi sasaran banyak manusia.

Di Indonesia, perdagangan hiu sudah sering di lakukan karena perdagangan hiu sangat menguntungkan, terutama bagian sirip hiu. Bahkan sirip hiu ini telah di ekspor sampai ke luar negeri, sedangkan daging dan bagian ilan yang lainnya di pasarkan untuk pasar domestik dan di olah menjadi berbagai produk sperti bakso dan kerupuk.

Perburuan sirip hiu juga sering di lakukan. Perburuan sirip hiu adalah perburuan dengan cara memotong sirip hiu, kemudian hiu tersebut di lepas kembali ke lautan dengan kondisi tanpa sirip. Hiu yang di lepas tanpa sirip ini tentu tidak dapat bergerak secara efektif. Mereka akhirnya akan tenggelam kemudian mati karena sesak nafas akibat tekanan air laut dalam yang sangat tinggi, atau karena di makan oleh predator lain.

Hiu yang telah diambil siripnya, dibuang kembali ke laut (Picture : WWF )

Perburuan sirip hiu ini semakin meningkat karena tingginya tingkat permintaan terhadap sirip hiu untuk di jadikan sup sirip hiu. Sup sirip hiu ini merupakan menu utama masyarakat Tionghoa saat perayaan imlek. Tak heran jika pengiriman ikan hiu lebih banyak ke  negara Cina dan memilki nilai jual yang cukup tinggi. Namun, ternyata mengonsumsi sirip hiu ini memberikan dampak kurang  baik bagi tubuh, karena di dalam tubuh hiu itu sendiri terdapat racun dan merkuri yang tinggi. Selain di jadikan sup, perburuan sirip hiu ini juga untuk pembuatan obat – obatan Cina.

 

Akibat peristiwa – peristiwa tersebut, populasi hiu di perairan dunia kini mulai berkurang. Hal ini menyebabkan tidak seimbangnya ekosistem laut. Mengapa? Salah satu contohnya, karena hiu memakan ikan – ikan yang sakit. Ikan yang sakit memiliki pergerakan yang lambat sehingga mudah untuk di tangkap. Bila ikan hiu mengalami kepunahan, penyebaran penyakit di antara ikan – ikan tersebut akan terjadi. Selain itu, apabila ikan hiu punah, maka tidak akan ada lagi kontrol bagi pertumbuhan ikan – ikan besar yang memakan ikan kecil.

Sebenarnya, jumlah ikan hiu sendiri jauh lebih sedikit dari pada ikan lain. Dia hanya berproduksi sekitar 8 – 10 tahun sekali, dan menghasilkan anak yang tidak lebih dari 20 ekor. Jadi perlukah kita bersimpati terhadap penderitaan ikan hiu yang mulai mengalami kepunahan? meskipun sulit bagi kita memilki rasa simpati terhadap hiu, melihat banyak nya peristiwa penyerangan hiu terhadap manusia, namun kita perlu bersimpati layaknya kita bersimpati terhadap hewan lain seperti paus, lumba – lumba, dll. Kita perlu menyadari bahwa keberadaan hiu sebenarnya menjaga ekologi laut. Sekiranya, dengan cara memberlakukan peraturan tentang larangan pemotongan sirip ikan hiu, yang menjadi pendorong terjadinya penangkapan ilegal di kawasan laut yang di lindungi di berbagai bagian bumi, serta membatasi jumlah ikan hiu yang boleh di tangkap.

 

Siti Aulia S. Mansyur

011.XIV.AM.204