Artikel

Ayo Selamatkan dan Lindungi Penyu; Hewan Purba yang Terancam Punah.

23 Mei Kemarin kita memperingati hari penyu sedunia, pasti kalian melihat banyak post yang menyuarakan selamatkan dan lestarikan penyu kan buddies?

Nah yuk kita simak mengapa penyu perlu di selamatkan dan dilindungi.

Kalian tahu ga? Jumlah penyu di perairan semakin lama semakin menurun, Apalagi status keberadaan penyu di Indonesia kini terbagi menjadi tiga yakni critically endangered, endangered, dan vulnerable.

Regenerasi yang dihasilkan seekor penyu tidak banyak buddies. Dari ratusan butir telur yang dihasilkan paling banyak hanya belasan yang berhasil sampai ke laut kembali dan tumbuh dewasa. Itupun tidak memperhitungkan faktor perburuan oleh manusia dan predator alaminya seperti kepiting, burung dan tikus di pantai, serta ikan-ikan besar. Dalam 10 tahun terakhir ini populasi penyu menurun drastis. Penyebabnya tak lain praktik perburuan liar dan kian rusaknya lingkungan pantai. Hasil investigasi Pro-Fauna menyebutkan, setiap tahun sekitar 1.000 ekor penyu dibantai di pesisir pantai Pulau Jawa.

Penyu di Pulau Kapoposang. Photo : Fitra Jaya

Terdapat berbagai kegiatan manusia yang menjadi ancaman bagi penyu yang menjadi faktor penurunan jumlah penyu di perairan.

Pertama, hal ini biasanya dilakukan oleh manusia yaitu eksploitasi telur penyu dan penyu itu sendiri. Misalnya penjualan sup ataupun telur penyu. Misalnya yang bisa dibilang lebih ekstrim yaitu tuturuga yang merupakan sejenis olahan masakan menggunakan daging penyu dibalut dengan kekayaan rempah khas masakan Manado. Masakan Tuturuga secara definitif hanya disantap oleh orang-orang di wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Ambon, dan Irian Jaya. Dan di era mutakhir ini, daging yang diolah telah direvisi secara populer menggunakan daging ayam. Olahan bumbu masak yang mungkin bisa dimiripkan seperti kari ini berdiversifikasi, meskipun penyebutan namanya masih menggunakan kata “tuturuga”.

Penyu yang dijadikan bahan untuk acara adat. Photo : Unknown

Penyu yang dijadikan bahan makanan untuk santapan acara adat. Photo: Unknwon

Selain di perairan Jawa dan Bali, penyu dan telur-telurnya juga masih terus diburu manusia di Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi. Maraknya perdagangan ilegal penyu bukannya dibiarkan. Upaya menyelamatkan penyu dari pembantaian dan perdagangan gelap antardaerah dan antarnegara terus dilakukan banyak pihak. Namun, seiring dengan banyaknya permintaan, berbagai cara pun terus dilakukan pengusaha untuk mengelabui petugas.

Ada berbagai modus penyelundupan penyu. Kalau sebelumnya penyu biasa dibawa hidup-hidup oleh nelayan, belakangan ini mereka lebih memilih membawanya dalam bentuk daging. Penyu-penyu dipotong di tengah laut, dagingnya dibagi-bagi dalam ukuran kecil sehingga petugas kesulitan mengidentifikasi. Perlindungan terhadap penyu memang sulit dilakukan. Alasannya, masih banyak pihak yang menggantungkan hidup dari eksploitasi penyu.

Kedua, kerajinan tangan yang berbahan kerapas atau tempurung penyu yang kian marak misalnya gelang, cincin maupun hiasan lainnya. Buddies, kalian pasti pernah melihat teman atau orang disekitar kita yang memakai gelang dari tempurung penyu kan, ataupun beberapa tempat wisata yang menjual hiasan dari penyu.

Kerajinan tangan yang terbuat dari Kerapas Penyu

Di tangan pengrajin, karapas disulap jadi suvenir antik. Mulai dari cincin, gelang, sisir, hingga kotak cincin. Di sepanjang Pantai Selatan Jawa menemukan, setidaknya ada enam lokasi yang masih aktif menjadi basis perdagangan penyu, baik dalam bentuk daging, telur, minyak, atau suvenir berbahan dasar karapas. Diperkirakan, di enam lokasi itu ada ribuan ekor penyu dibantai setiap tahun. Namun, perburuan penyu di Bali masih yang terbesar.

Membeli hiasan ataupun olahan dari penyu sama halnya mendukung peningkatan penangkapan terhadap penyu dan menyebabkan menurunnya populasi penyu di perairan buddies!

Selain kedua faktor diatas, sampah plastik yang biasa melayang layang di perairan juga menjadi faktor pertumbuhan penyu. Kantong plastik yang biasanya melayang di perairan di kira makanan (ubur-ubur) oleh si penyu ini guys. Nah belum lagi sedotan plastik yang biasa masuk ke hidung penyu.

Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh University of Queensland ditemukan bahwa sampah plastik manusia ternyata sudah dimakan oleh setengah dari populasi penyu di seluruh dunia. menurut Dr. Qamar Schuyler, kepala tim peneliti, perairan Australia Timur, Amerika Utara, Asia Tenggara, Afrika Selatan, dan Hawai sudah sangat tidak kondusif untuk penyu.

Perairan yang penuh dengan sampah ini sangat membahayakan nyawa penyu. Menurut hasil studi, setiap tahunnya ada tambahan antara empat hingga 12 juta ton sampah yang masuk ke laut. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena bila ditelan oleh penyu, plastik bisa menyebabkan kematian.

Sampah plastik yang tertelan penyu akan merusak jaringan hewan malang itu. Plastik juga akan menyumbat usus penyu sehingga dapat membuat mereka mati. Dr Schuyler berkata bahwa Amerika Utara dan Australia harus lebih peka karena mereka memiliki sejumlah spesies penyu yang berharga. Bila tak dijaga, mereka bisa punah.

Separuh dari populasi penyu pernah memakan sampah plastik yang melayang di perairan

Menurut penelitian ini, spesies penyu (Lepidochelys olivacea) yang paling terancam punah akibat banyaknya sampah plastik di dunia. Jenis penyu ini biasanya memakan ubur-ubur dan hewan lain yang mengapung di laut.

Karena itu mereka sering salah memakan sampah plastik yang juga mengambang. Mulai sekarang kita harusnya sadar dengan perilaku kita yang bisa saja merugikan kehidupan makhluk hidup lain buddies!

PENYU di Indonesia dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya jo Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 tahun 1999 tentang Pangawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. “Bahwa penyu berikut bagian-bagiannya termasuk telurnya merupakan satwa yang dilindungi oleh negara.” Dan peluang pemanfaatannya melalui penangkaran yang diatur PP No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.

Selain UU No. 5 Tahun 1990 dan peraturan pelaksanaannya, ternyata penyu juga dilindungi oleh UU No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan. Dalam pasal 7 ayat 5 yang berbunyi, “Menteri menetapkan jenis ikan dan kawasan perairan yang masing-masing dilindungi, termasuk taman nasional laut, untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, pariwisata, dan/atau kelestarian sumber daya ikan dan/atau lingkungannya.” Dalam penjelasan pasal 7 ayat 5, berbunyi, “Yang dimaksud dengan “jenis ikan” adalah : a. pisces (ikan bersirip); b. crustacea (udang, rajungan, kepiting dan sebangsanya); c. mollusca (kerang hita, tiram, cumi-cumi, gurita, siput dan sebangsanya); d. coelentrerata (ubur-ubur dan sebangsanya); echinodermata (tripang, bulu babi dan sebangsanya); f. amphibia (kodok dan sebangsanya); g. reptilia (buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air dan sebangsanya); h. mammalia (paus, lumba-lumba, pesut, duyung dan sebangsanya); i. Algae (rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air) dan j. biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis tersebut di atas. Semuanya termasuk bagian-bagiannya dan ikan yang dilindungi”.

Secara internasional, Indonesia termasuk negara yang telah menandatangani CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora/Konvensi Internasional yang Mengatur Perdagangan Satwa dan Tumbuhan Liar Terancam Punah). Indonesia telah meratifikasinya melalui Keputusan Presiden (Keppres) No. 43 Tahun 1978 tentang CITES. Menurut CITES, seluruh penyu termasuk Appendiks I CITES, yang berarti, satwa tersebut dilindungi dan tidak boleh dimanfaatkan karena kondisinya terancam punah.

Perlu kalian ketahui bahwa penyu adalah binatang purba yang perkembangbiakannya sangat lambat. Ia baru bereproduksi setelah berumur 30 tahun, atau sama dengan sepertiga dari umur rata-rata penyu. Tapi, dari setiap 1.000 tukik yang menetas, hanya ada  beberapa yang akan hidup hingga dewasa. Maka, tak ada pilihan lain, kecuali menyelamatkan penyu dari kepunahan akibat predator paling berbahaya, yaitu manusia.

Nah itu dia penjelasan mengenai kenapa kita harus melindungi penyu dan apa saja yang harus kita lakukan untuk melindungi penyu buddies!

Let others know about this information so don’t forget to share it to everyone around you!

See ya️

 

By : Fhifi Lamuna (011.XV.AB.153)

Asmaul Husnah Asrum (011.XV.AB.150)

Sources:  ( Kompasiana & News liputan6)

Waspada Dira Anuraga